Senin, 16 November 2009

Budidaya Jamur Tiram

JAMUR TIRAM

Duh...sering banget saya ditanya'in mengenai cara pemasaran jamur tiram. Memang sich waktu dulu memulainya saya juga rada bingung, lalu saya coba menitipkan ke tukang sayur yg lewat atau waktu nemanin istri belanja dipasar traditional sering juga nanya-nanya ini itu ke tukang sayur atau pura2 belanja sayur atau jamur tiram juga. Lalu tanya juga apakah mereka mau beli jamur tiram yang masih segerrr karena baru aja dipetik nich bang......he..he..he. Pasti si abang sayur kan kaget tuch, and campur bingung...(ini orang serius gak sich nawarin jamur tiram). Dia pikir jamur tiram hanya tumbuh didaerah dingin only....padahal kan jamur tiram gampang banget tumbuhnya asal suhu dan kelembabannya memenuhi syarat aja...gitu lhooo...So setelah mereka percaya sama kwalitas jamur tiram kita, rata-rata para pedagang/pengepul jamur akan datang dengan sendirinya ke tempat pertanian kita. Malah kadang-kadang para pedagang tsb akan menantang kita "Pak, kalau ada 1 ton sehari, buat saya semua dech". Jadi gak perlu biaya untuk promosi donk, apalagi sekarang jaman internet. Pemasaran bisa lebih mudah kok......


Istri saya malah mengemasnya dengan cara diplastikin 1/4 kilo and kemasannya dibikin lebih keren dikit. Jatuh-jatuhnya harganya lebih mahal sich....tapi kalau dipikir-pikir wanita memang kreatif daripada mahluk lelaki kalau mengenai pemasaran barang, atau kalau disekolah yg namanya wanita memang sering ngerumpi, so daripada ngerumpi gak keruan and ngomong ngalor ngidul sering ujung2nya...ngomongin dapur...masak apakah hari ini?....ternyata jamur tiram putih telah menjadi salah satu menu favorite keluarga. Ada yg di pepes..ada yang ditumis..ada juga yang dijadikan cemilan misalnya digoreng..kering...lalu dicocol saus sambal atau saus tomat. Kalau penggemar masakan jepang jamur tiram putih kadang juga untuk shabu-shabu.


Sebelum kita masuk dalam tahap pemasaran kita juga harus selalu..mencoba untuk menikmati

jamur tiram putih...menurut istri saya, teman-temannya ternyata rata-rata semua menyukai..jamur.Ada yang bilang rasanya kaya ayam kalau di masak suir-suir. So kenapa harus ragu untuk membudi -dayakan jamur tiram putih ini, di setiap pasar saya liat rata-rata penjual sayur pasti menjual jamur ini apalagi kalau dalam kondisi yang segar dan baru di petik...wow uenak tenan....gak percaya coba aja...survey membuktikan..setiap tukang sayur rata-rata pasti jual jamur tiram putih ini kalau gak jual yah tawarin aja simplekan????


Atau kalau mau duit muternya agak lama dikit, bisa juga jual ke pasar modern/hipermart atau restaurant tapi yang pasti kalau jual kesana untungnya memang lebih gede. Sekarang pilihan jualnya terserah anda-anda semua.

JAMUR TIRAM TIDAK MENGENAL KRISIS

Jamur tiram barangkali satu dari sedikit jenis sayuran berharga relatif mahal. Tiap kilogram jamur tiram putih dijual Rp 12.000. Akan tetapi, bukan itu saja yang menarik minat Widodo (67) untuk membudidayakan jamur. Selain harga dan biaya produksi murah, pasar jamur tiram juga terbuka.

Sebagai salah satu pilihan usaha skala kecil dan menengah, usaha jamur tiram (Pleurotus ostreatus) bisa menjadi tambahan penghasilan. Bila dikelola serius, tidak mustahil bisa berkembang menjadi usaha yang besar dan mandiri.

Apalagi di tengah krisis keuangan global, di mana banyak pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja. Alternatif pendapatan pun harus segera dicari. Dengan menjalankan usaha sampingan jamur tiram, sekadar mendapat pendapatan Rp 3 juta-Rp 5 juta per bulan tidaklah terlalu sulit.

Terbukti, 1,5 tahun merintis usaha jamur tiram, warga Kampung Panjaungan RT 01 RW 05, Desa Parakan Muncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini mampu memproduksi 20 kilogram jamur per hari.

Dengan rata-rata harga jamur Rp 12.000 per kilogram, untuk 20 kilogramnya, Widodo bisa mendapat penghasilan kotor Rp 240.000. Bila dihitung sebulan setelah dikurangi biaya produksi, pendapatan Widodo bisa mencapai Rp 5 juta.

”Usaha jamur tiram murah meriah. Modalnya tidak besar, tetapi untungnya lumayan,” kata Widodo, Jumat (13/3), di sela pameran produk pertanian Agrinex EXPO 2009 di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Dari sisi lokasi usaha, usaha jamur tiram juga tidak ”makan” tempat. Teknologi budidayanya juga tidak begitu rumit. Mudah dipelajari dan risiko kegagalannya rendah. Di sisi lain, permintaan pasar terus meningkat karena semakin banyak saja masyarakat yang menyukai jamur.

”Rasanya enak dan lezat, bisa dimasak model apa pun, seperti timus, bahan baku sop, pepes, kari, hingga dibuat makanan ringan,” kata Widodo.

Binaan IPB

Ketertarikan Widodo pada usaha jamur tiram muncul setelah dia pensiun dari perusahaan konstruksi tahun 2000. Posisinya waktu itu kepala logistik. ”Waktu saya pensiun, anak saya lima. Tiga masih SMA dan dua lagi di SMP. Mereka masih butuh biaya sekolah dan biaya hidup,” cerita Widodo.

Uang pesangon Rp 17 juta jelas tidak cukup menyambung hidup dan menyekolahkan anak. Dia pun mulai mencoba berjualan kelontong dengan membeli kios di pasar.

Meski usahanya sudah dijalani selama enam tahun, Widodo tetap merasa tidak berbakat berjualan. Ia berkeinginan mencoba usaha baru.

Pucuk dicinta ulam tiba. Institut Pertanian Bogor ketika itu mengadakan pelatihan bagaimana usaha budidaya jamur tiram. Selain teknis budidaya dan pembibitan, IPB juga mengajarkan strategi mengelola usaha dan memasarkan.

Berbekal modal Rp 20 juta, Widodo mulai merintis usahanya. Modal itu untuk membeli tanah 200 meter persegi, membuat bangunan seadanya, dan perlengkapan budidaya lain.

Sangat mudah

Bersama Kelompok Tani Family Mandiri, Widodo juga menyelenggarakan pelatihan usaha budidaya jamur tiram. Biaya pelatihan Rp 750.000 per orang untuk keperluan akomodasi dua hari, buku paket pelatihan, bibit induk lima botol, kunjungan ke mitra binaan, dan sertifikat.

Widodo menceritakan, cara membudidayakan jamur tiram amat sederhana.

Serbuk kayu gergaji dan kapur dolomit atau kapur bangunan diaduk rata. Tambahkan air secukupnya. Selama sehari semalam, campuran serbuk kayu gergaji dan kapur dikompos.

Selanjutnya, tambahkan dedak dan gypsum, lalu diaduk rata dan ditambah air lagi secukupnya. Masukkan adukan itu dalam kantong plastik yang telah disediakan, dengan kepadatan tertentu.

Setelah itu, masukkan cincin dari bambu dengan diameter 4 sentimeter pada bagian atas adonan, lalu plastik diikat.

Polibag yang telah berisi adonan itu disusun dalam drum, lalu dikukus selama 8 jam. Selanjutnya, didinginkan sehari semalam. Bila sudah dingin, masukkan bibit jamur di ruang inokulasi secara serasi, dengan cara membuat lubang sedalam 6 sentimeter pada adonan itu.

Perhatikan pula suhu ruangan, harus 28-30 derajat celsius, dengan kelembaban 92-96 persen. Setelah 15 hari di ruang inkubasi, pindahkan media jamur ke ruang budidaya. Tunggu 30-40 hari agar meselium jamur tumbuh putih merata.

Lalu buka penutup media, dan jamur bisa dipanen 3-4 hari kemudian. Tanpa menebar benih kembali, pemanenan jamur pada media yang sama bisa dilakukan hingga lima kali.

Setelah cukup besar, jamur segar tinggal dijual ke pasar.

Tidak ada komentar: